Rabu, 15 Februari 2012

Analisis Struktural karya sastra naskah drama

Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Naskah Drama Roh karya Wisran Hadi
IDENTITAS BUKU
Judul buku      : 5 Naskah Drama (Pemenang Sayembara Dewan Kesenian Jakarta).
Judul Drama    : Roh.
Pengarang       : Wisran Hadi.
Penerbit           : PT. Grasindo 2005.

SINOPSIS
Drama roh menceritakan tentang seorang dukun yang dapat membuat hubungan antara manusia dengan roh atau arwah nenek moyang. Perantara itu bernama Manda.
Suatu saat datang seorang ibu kepada Manda untuk meminta pertolongannya. Ia bernama Ibu Suri. Ibu Suri sebenarnya hanyalah panggilan. Dia bukan ibu dari seorang raja atau istri dari raja, maupun bangsawan manapun. Ibu Suri, seorang perempuan yang bersetatus sebagai ibu yang menganggap dirinya ibu dari Suri. Sebenarnya Ibu Suri tidak percaya benar kepada roh yang dapat masuk kedalam diri perantara. Tapi apa boleh buat, Ibu Suri terpaksa melakukannya karena secara tradisi dia diyakinkan akan peranan roh-roh atau arwah nenek moyang dalam kehidupan manusia. Dia mau mengikuti tradisi itu karena yakin akan dapat menemui Suri.
Proses ritual pemanggilan roh kedalam tubuh Manda mulai berlangsung. Manda menggigil, kain hitam yang menyelimutinya bergoyang-goyang. Kemudian manda berdiri dan berputar-putar seperti gangsing. Tubuh Manda telah berhasil dirasuki roh yang dipanggil.roh itu segera memperkenalkan diri dan menawarkan bantuan kepada Ibu Suri. Ibu Suri langsung antusias dan bertanya perihal Suri kepada roh itu.
Secara bergantian roh-roh itu datang, dan Ibu Suri pun terus bertanya perihal Suri. Namun Ibu Suri tidak puas atas keterangan para roh itu tentang suri. Jawaban para roh tidak memberikan kepastian akan keberadaan Suri. Apalagi Manda menyangsikan keberadaan suri. Ibu Suri harus bertindak dan memastikan suri hingga dapat meyakinkan dirinya.
Ibu Suri marah karena para roh yang diundang Manda adalah roh para bandit dan penipu, bukan roh nenek moyang. Karena tidak percaya lagi kepada Manda, Ibu Suri sendiri yang melakukan pemanggilan roh tersebut. Dia akan mengundang roh yang jujur dan arwah nenek moyang yang budiman.
Walaupun melakukan dengan tangannya sendiri, tetapi Ibu Suri tetap gagal dalam mencari informasi keadaan Suri. Ibu Suri malah menganggap kuburan yang ada di depannya adalah kuburan suri. Manda menjelaskan bahwa kuburan itu bukan kuburan Suri, tetapi Ibu Suri bersikeras pada pendiriannya. Bahkan menyuruh para roh untuk menggali kuburan tersebut. Tiba-tiba Ibu Suri tersentak kaget, karena wajah jasad yang terbungkus kain kapan itu adalah wajah yang sangat dikenalnya yaitu wajah Manda.

UNSUR INTRINSIK
1. Tema
°         Tema utama   : Mistik / Alam ghaib
°         Tema khusus : Ritual pemanggilan roh nenek moyang
     “...aku akan memanggil roh-roh yang jujur...”
2. Alur : Maju
Tahapan alur :
°         Eksposisi : Ibu Suri sebenarnya hanyalah panggilan. Dia bukan ibu dari seorang raja atau istri dari raja, maupun bangsawan manapun. Ibu Suri, seorang perempuan yang bersetatus sebagai ibu yang menganggap dirinya ibu dari Suri. Sedasngkan siapa Suri itu sendiri dia pun sulit untuk menjelaskan apa, siapa, dan bagaimana. Ibu Suri tidak percaya benar kepada roh yang dapat masuk kedalam diri perantara. Apalagi sebagai seorang yang beragama, meminta bantuan si perantara adalah pekerjaan setan yang menggoda keimanan seseorang.
°         Konflikasi : Tapi apa boleh buat, Ibu Suri terpaksa melakukannya karena secara tradisi dia diyakinkan akan peranan roh-roh atau arwah nenek moyang dalam kehidupan manusia. Dia mau mengikuti tradisi itu karena yakin akan dapat menemui Suri. Oleh karena itu, Ibu Suri tidak menganggap apa yang dilakukannya sebagai pekerjaan benar atau tidak, logis atau tidak. Soalnya Ibu Suri terdesak oleh keadaan yang tidak dapat diatasinya sendiri dan mau tidak mau dia harus mengikuti tradisinya.
°         Klimaks : Ibu Suri tidak puas atas keterangan roh dan arwah tentang Suri. Apalagi Manda sendiri menyangsikan adanya Suri. Ibu Suri harus bertindak dan memastikan Suri hingga dapat meyakinkan dirinya. Bungkusan barang bawaan Manda dirampasnya. Manda tidak dapat berbuat apa-apa, selain berusaha membujuk agar barang-barangnya diserahkan. Tapi, Ibu Suri tetap pada pendiriannya. Dengan penuh keyakinan dan suara lantang, Manda disuruhnya pergi.
“...Ibu Suri : Ternyata roh yang Mannda undang bukan roh para tokoh atau arwah nenek moyang ! Tapi, roh para bandit dan penipu. Suri dikaburkannya, suri disangsikannya. Aku harus meretas jalan pintas untuk melakukan terobosan. Aku akan bicara langsung tanpa perantara dusta atau medium mesum! Pergi kau. Pergi ! aku akan memanggil roh-roh yang jujur dan arwah nenek moyang yang budiman...”
°         Antiklimak : Manda mengingatkan kepada kepada Ibu Suri jika orang yang beriman jangan bersekutu dengan setan karena hukumnya syirik. Berkali-kali Manda mengatakan, bila berteman dengan setan neraka jahanam ancamannya.
°         Penyelesaian : Karena keingintahuannya kepada Suri, Ibu Suri bersikeras melakukan ritual pemanggilan kembali bahkan Ibu Suri mengundang lebih banyak roh.
3. Latar :                                                    
Latar Tempat : Kuburan
                       “...Ini bukan kuburan keramat, tapi kuburan Suri...”
Latar Waktu  : Malam hari
                      “...sampai malam ini Ibu Suri duduk bersimpah...”
4. Penokohan :
°         Ibu Suri : Keras kepala
“...Ini bukan kubur keramat, tapi kuburan Suri...”
°         Manda : Pendusta / Munafik
“...Aii ! Manda rupanya pendusta !...”
°         Roh : Penipu
“... Ternyata roh yang Manda undang, ternyata roh para bandit dan penipu...”
5. Amanat :
Jangan sampai kita menyekutukan Tuhan, karena hanya kepada Tuhanlah kita meminta pertolongan, bukan kepada roh atau arwah nenek moyang. Jika manusia meminta pertolongan kepasa Syetan, pekerjaan itu disebut syirik, menduakan keesaan Tuhan dan termasuk dosa besar yang tidak dapat diampuni.
6. Konflik :
Ibu Suri tidak percaya benar kepada roh uang dapat masuk kedalam diri perantara. Apalagi sebagai seorang yang beragama, meminta bantuan si perantara adalah pekerjaan setan yang menggoda keimanan seseorang. Tapi apa boleh buat, Ibu Suri terpaksa melakukannya karena secara tradisi dia diyakinkan akan peranan roh-roh atau arwah nenek moyang dalam kehidupan manusia. Dia mau mengikuti tradisi itu karena yakin akan dapat menemui Suri. Oleh karena itu, Ibu Suri tidak menganggap apa yang dilakukannya sebagai pekerjaan benar atau tidak, logis atau tidak. Soalnya Ibu Suri terdesak oleh keadaan yang tidak dapat diatasinya sendiri dan mau tidak mau dia harus mengikuti tradisinya. 

UNSUR EKSTRINSIK
Secara garis besar, drama “Roh” ini benyak sekali mengandung NILAI BUDAYA. Drama ini menjelaskan tentang seorang medium atau perantara yang dikenal dalam masyarakat tradisi sebagai seorang yang lebih daripada dukun biasa. Dia dapat membuat hubungan antara manusia yang masih hidup dengan roh dari orang yang telah lama meninggal.
Percaya atau tidak, benar atau tidak, peranan seorang seorang perantara begitu penting. Meminta bantuan seorang perantara merupakan usaha terakhir dari mereka yang ingin mengobati penyakit yang tidak dapat diatasi oleh dokter di zaman modern ini.

Hubungan antara Kemampuan Berpikir dengan Berbahasa (BAB IV)


BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

4.1. Simpulan
Setelah penelitian dilaksanakan dan hasilnya dianalisis maka diperoleh simpulan sebagai berikut :
1)  Bahasa sebagai media berpikir, sangat terkait erat dengan pikiran. Keterkaitan antara kata-kata dengan pikiran dapat dipetakan dalam tiga pendapat. Perbedaan ini sangat menyangkut variabel mana yang  menjadi penyebab.
a. Bahasa Mempengaruhi Pikiran
Pemahaman terhadap bahasa mempengaruhi pandangannya terhadap realitas. Bahasa menjadi dasar pembentuk pola pikir seorang anak.
b. Pikiran Mempengaruhi Bahasa
Perkembangan aspek kognitif anak akan mempengaruhi bahasa yang digunakannya. Semakin tinggi aspek tersebut semakin tinggi bahasa yang digunakannya.
c. Bahasa dan Pikiran Saling Mempengaruhi
Di satu sisi kata-kata merupakan media yang digunakan untuk memahami dunia serta digunakan dalam proses berpikir, di sisi yang lain pemahaman terhadap kata-kata merupakan hasil dari aktivitas pikiran.
2) Orang tua, guru, dan lingkungan mempunyai peranan yang sangat vital dalam perkembangan kemampuan berpikir dan berbahasa pada anak-anak. Perkembangan kemampuan berpikir dan berbahasa pada anak akan terus meningkat sesuai dengan meningkatnya usia. Sudah selayaknya orang tua selalu memperhatikan perkembangan tersebut, sebab pada masa ini sangat menentukan proses belajar  

4.2. Saran
Setelah melaksanakan penelitian, maka penulis memberikan beberapa saran. Agar kemampuan berpikir seorang anak bisa tercapai secara optimal, orang tua dan guru harus memberikan perhatian yang khusus. Sebab tanpa adanya perhatian yang khusus, perkembangan kemampuan berpikir dan berbahasa anak bisa terhambat

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. Produser Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta, 2006.
Chaer, Abdul. Psikolinguistik Kajian Teoretik. Jakarta : Rineka Cipta, 2003
Freeman, Joan dan Utami Munandar. Cerdas dan Cemerlang. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2001
P. Satiadarma, Monty. Persepsi Orang Tua Membentuk Prilaku Anak. Jakarta : Pustaka Populer Obor, 2001  

Hubungan antara Kemampuan Berpikir dengan Berbahasa (BAB III)


BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3.1.      Hasil Penelitian
3.1.1 Keterkaitan Antara Berpikir Dengan Berbahasa
Sebagai media dalam berpikir, bahasa sangat berkaitan erat dengan pikiran. Keterkaitan antara berpikir dan berbahasa dapat dipetakan dalam tiga pendapat, hanya menyangkut variable mana yang menjadi penyebab.
a)      Bahasa mempengaruhi pikiran
Bahasa menjadi dasar pembentuk pola pikir seorang anak. Melalui bahasa seorang anak belajar tentang atribut-atribut tertentu baik mengenai dirinya sendiri, diri orang lain dan situasi yang dialaminya.
b)       Pikiran mempengaruhi bahasa
Tanpa pikiran bahasa tidak akan ada. Menurut teori pertumbuhan kognitif, seorang anak mempelajari segala sesuatu mengenai dunia melalui tindakan-tindakan dari perilakunya dan kemudian baru bahasa.
c)      Bahasa dan pikiran saling mempengaruhi
Hubungan antara pikiran dan bahasa bukanlah merupakan suatu benda, melainkan merupakan suatu proses, satu gerak yang terus-menerus. Pikiran berbahasa berkembang melalui beberapa tahap. Mulai anak-anak harus mengucapkan kata-kata, kemudian bergerak ke arah mengerti atau berpikir.

3.1.2 Peranan Orang Tua, Guru, dan Lingkungan
Orang tua, guru, dan lingkungan mempunyai peranan yang sangat vital dalam perkembangan kemampuan berpikir dan berbahasa pada anak-anak. Perkembangan kemampuan berpikir dan berbahasa pada anak akan terus meningkat sesuai dengan meningkatnya usia. Sudah selayaknya orang tua selalu memperhatikan perkembangan tersebut, sebab pada masa ini sangat menentukan proses belajar.
3.2.Pembahasan
3.2.1. Analisis Keterkaitan antara Berpikir dengan Berbahasa
Terdapat keterkaitan yang jelas antara kemampuan berbahasa dengan kemampuan berpikir. Manusia untuk dapat melakukan kegiatan berpikir dengan baik maka diperlukan sarana yang berupa bahasa. Bahasa merupakan alat komunikasi verbal untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain. Dengan menguasai bahasa maka seseorang akan mengetahui pengetahuan.
Bahasa memberikan kontribusi yang besar dalam perkembangan anak menjadi manusia dewasa. Dengan bantuan bahasa, anak tumbuh dari suatu organisme biologis menjadi suatu pribadi di dalam kelompok, yaitu suatu pribadi yang berpikir, merasa berbuat, serta memandang dunia dan kehidupan sesuai dengan lingkungan sosialnya.
Keunikan manusia sebenarnya bukanlah terletak pada kemampuan berbahasanya. Manusia dapat berpikir dengan baik karena dia mempunyai bahasa. Tanpa bahasa maka manusia tidak akan dapat berpikir secara rumit dan abstrak, seperti apa yang kita lakukan dalam kegiatan ilmiah. Dengan kata lain, tanpa mempunyai kemampuan berbahasa ini maka maka kegiatan berpikir secara sistematis dan teratur tidak mungkin dapat dilakukan.
Bahasa mengkomunikasikan tiga hal, yakni buah pikiran, perasan dan sikap. Dalam proses menuangkan pikiran, manusia berusaha mengatur segala fakta dan hasil pemikiran dengan cara sedemikian rupa sehingga cara kerja alami otak dilibatkan dari awal, dengan harapan bahwa akan lebih mudah mengingat dan menarik kembali informasi dikemudian hari.
Sebenarnya, anak-anak dapat menuangkan pikiran dengan caranya masing-masing. Proses menuangkan pikiran menjadi tidak beraturan atau malah tersendat ketika anak-anak terjebak dalam model menuangkan pikiran yang kurang efektif sehingga kreativitas tidak muncul. Model dikte dan mencatat semua yang didiktekan pendidik, mendengar ceramah dan mengingat isinya, menghapal kata-kata penting dan artinya terjadi dalam proses belajar mengajar di sekolah atau dimana saja menjadi kurang efektif ketika tidak didukung oleh kreativitas pendidik atau anak-anak itu sendiri.
Keterkaitan antara pikiran dan bahasa dapat dipetakan dalam tiga pendapat. Perbedaan ini hanya menyangkut variabel mana yang menjadi penyebab.
a.       Bahasa Mempengaruhi Pikiran
Pemahaman terhadap kata mempengaruhi pandangannya terhadap realitas. Pikiran dapat terkondisikan oleh kata yang kita gunakan.tokoh yang mendukung hubungan ini adalah Benyamin Whorf  dan gurunya Edward Sapir. Whorf  mengambil contoh bangsa Jepang. Orang Jepang mempunyai pikiran yang sangat tinggi karena orang Jepang mempunyai banyak kosa kata dalam menjelaskan sebuah realitas. Di samping itu bahasa menjadi dasar pembentuk pola pikir seorang anak.  Melalui bahasa seorang anak belajar tentang atribut-atribut tertentu, baik mengenai dirinya sendiri, diri orang lain, dan situasi yang dialaminya.   
b.      Pikiran Mempengaruhi Bahasa
Pendukung pendapat ini adalah tokoh psikologi kognitif yang tak asing bagi kita, yaitu Jean Piaget terhadap perkembangan aspek kognitif anak. Ia melihat bahwa perkembangan aspek kognitif anak akan mempengaruhi bahasa yang digunakannya.
Berbeda dengan pendapat Sapir dan Whorf, Piaget berpendapat justru pikiran lah yang membentuk bahasa. Tanpa pikiran bahasa tidak akan ada, pikiran lah yang menentukan aspek-aspek sintaksis dan leksikon bahasa, bukan sebaliknya.
Piaget yang mengembangkan teori pertumbuhan kognisi menyatakan jika seorang kanak-kanak dapat menggolong-golongkan benda-benda tersebut. Maka perkembangan kognisi dapat diterangkan telah terjadi sebelum dia dapat berbahasa.
Menurut teori perkembangan kognisi, seorang kanak-kanak mempelajari segala sesuatu mengenai dunia melalui tindakan-tindakan dari perilakunya dan kemudian baru melalui bahasa. Tindak tanduk atau perilaku kanak-kanak itu merupakan manipulasi dunia pada suatu waktu dan tempat tertentu. Dan bahasa hanyalah satu alat yang memberikan kepada kanak-kanak itu satu kemampuan untuk beranjak lebih jauh dari waktu dan tempat tertentu itu. Namun, jelas gambaran benda-benda dan keadaan-keadaan dunia manipulasinya dalam otak kanak-kanak tidak memerlukan bahasa.
Piaget juga menegaskan bahwa kegiatan intelek (pemikiran) sebenarnya adalah aksi atau perilaku yang telah dinuranikan dan dalam kegiatan sensomotor termasuk juga perilaku bahasa. Yang perlu diingat adalah bahwa dalam jangka waktu sensomotor ini kekekalan benda merupakan pemerolehan umum.
c.       Bahasa dan Pikiran Saling Mempengaruhi
Hubungan timbal balik antara kata-kata dan pikiran dikemukakan oleh Benyamin Vygotsky, seorang ahli semantic berkebangsaan Rusia yang teorinya dikenal sebagai pembaharu teori Piaget yang menyatakan bahwa bahasa dan pikiran saling mempengaruhi. Penggabungan Vygotsky terhadap kedua pendapat di atas banyak diterima oleh kalangan ahli psikologi kognitif. Kata-kata dan pikiran mempunyai hubungan yang tidak bisa dipisahkan. Keduanya saling mempengaruhi. Di satu sisi kata-kata merupakan media yang digunakan untuk memahami dunia serta digunakan dalam proses berpikir, di sisi lain pemahaman terhadap kata-kata merupakan hasil dari aktivitas pikiran.
Pigotsky berpendapat adanya satu tahap perkembangan bahasa sebelum adanya pikiran, dan adanya satu tahap perkembangan pikiran sebelum adanya bahasa. Kemudian, kedua garis perkembangan ini saling bertemu, maka terjadilah secara serempak pikiran berbahasa dan bahasa berpikir. Dengan kata lain, pikiran dan bahasa pada tahap permulaan berkembang secara terpisah, dan tidak saling mempengaruhi. Jadi, mula-mula pikiran berkembang tanpa bahasa, dan bahasa mula-mula berkembang tanpa pikiran. Lalu, pada tahap berikutnya, keduanya bertemu dan bekerja sama, serta saling mempengaruhi. Begitulah, kanak-kanak berpikir dengan menggunakan bahasa dan berbahasa dengan menggunakan pikiran.
Menurut Pigotsky pikiran berbahasa (verbal thought) berkembang melalui beberapa tahap. Mula-mula kanak-kanak harus mengucapkan kata-kata untuk dipahami. Kemudian bergerak ke arah kemampuan mengerti atau berpikir tanpa mengucapkan kata-kata itu. Lalu, dia mampu memisahkan kata-kata yang berarti dan yang tidak berarti.
Selanjutnya Pigotsky menjelaskan bahwa hubungan antara pikiran dan bahasa bukanlah merupakan satu benda, melainkan merupakan satu proses, satu gerak yang terus-menerus dari pikiran ke kata (bahasa) dan dari kata (bahasa) ke pikiran. Pikiran itu tidak hanya disampaikan dengan kata-kata, tetapi lahir dengan kata-kata itu. Tiap pikiran cenderung untuk menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain, dan mendirikan satu hubungan di antara benda-benda. Tapi pikiran bergerak, tumbuh, dan berkembang melaksanakan setu fungsi dan memecahkan satu masalah.
3.2.2. Analisis Peranan Orang Tua, Guru dan Lingkungan
Sampai sekarang belum diketahui secara pasti mekanisme bagaimana seorang anak belajar bahasa sehingga bahasa dapat dikuasainya. Dengan mengacu pada teori Bruner,  jelaslah guru dan orang tua memegang peranan yang sangat penting  dalam perkembangan pembelajaran bahasa dan perkembangan kognitif anak. Keith (undate) menyatakan bahwa belajar bahasa merupakan proses rumit yang melibatkan berbagai faktor seperti faktor biologis, mental dan sosial.
Namun, pada saat yang bersamaan bahasa juga berperan sebagai piranti pembentuk proses mental dan berpikir anak. Berdasarkan pengamatan dan hasil penelitian yang dilakukan di luar negri, perkembangan pembelajaran bahasa usia dini dapat ditandai dengan perkembangan penguasaan kemampuan berbahasa baik unsur kemampuan bahasa seperti kosa kata dan tata bahasa maupun keterampilan berbahasa sesuai dengan perkembangan usia kalendernya.
Orang tua maupun guru dapat mengidentipikasi kelebihan serta kekurangan keterampilan bahasa sesuai dengan perkembangan usia kalendernya sebagai landasan untuk menciptakan konteks kondusif yang akan lebih mengoptimalkan pembelajaran bahasa anak-anak. Selain itu, orang tua atau guru dapat menggunakan informasi perkembangan bahasa anak sebagai dasar mengidentifikasi kelebihan serta kekurangan penguasaan ranah isi yang dikuasai anak-anak.
Hal lain yang harus menjadi kesadaran orang tua atau guru tentang perkembangan bahasa anak ialah bahwa bahasa anak adalah bahasa yang terus bergulir mengalami perkembangan menuju kemempuan berbahasa orang dewasa. Berawal dari periode diam (silent period), anak mulai menanamkan hipotesa tentang cara menggunakan bahasa berdasarkan input bahasa dari lingkungannya.
Perkembangan bahasa tersebut selalu meningkat sesuai dengan meningkatnya usia anak. Orang tua sebaiknya selalu memperhatikan perkembangan tersebut, sebab pada masa ini sangat menentukan proses belajar. Hal ini dapat dilakukan dengan memberi contoh yang baik, memberikan motivasi untuk belajar dan sebagainya. Orang tua sangat bertanggungjawab atas kesuksesan belajar anak dan seyogianya selalu berusaha meningkatkan potensi anak agar dapat berkembang secara maksimal. Pada gilirannya anak akan dapar berkembang dan tumbuh menjadi pribadi yang bahagia karena dengan mulai berkomunikasi dengan lingkungan, bersedia memberi dan menerima segala sesuatu yang terjadi di lingkungannya.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India